Rabu, 07 Januari 2015

Pahami Dasarnya


Pada tulisan kali ini, aku ingin berbagi tentang hal kecil, hal mendasar yang sering kali dilupakan oleh media khususnya pada tayang ditelevisi yaitu tentang Format acara televisi dan element of the shots. Tayangan di televisi seharusnya bisa memberikan contoh yang baik kepada banyak khalayak sehingga berpengaruh yang positif juga terhadap khalayak yang menonton tayangan tersebut di televisi.

Format acara televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria yang disesuaikan dengan tujuan dan terget pemirsa acara tersebut. (Naratama:2004)

Element of the shots terbagi atas Motivation, Informasi, Komposisi, Camera Angle, Continuity dan Sounds.

Pengaruh yang terdapat di setiap tayangan televisi itu pasti akan berpengaruh pada nila-nilai kehidupan umumnya yang berarti televisi itu sendiri dapat memberikan pengaruh bagi kehidupan masyarakat ditambah lagi, televisi itu disertai gambar dan suara. Sadar atau enggak nih ya teman-teman sekalian, acara-acara di televisi itu  mempengaruhi sikap kita, pandangan kita bahkan sampai pada perasaan kita sendiri, tapi menurut aku sih itu wajar-wajar aja, soalnya televisi itu sendiri sudah menjadi kebutuhan pokok bagi kita semua. Gimana sadar gak teman-teman?

Pada dasarnya gambar-gambar atua visual yang ditayangkan di televisi harus berupa motivasi, Informasi, Kompisisi, Angle Camera, Kelanjutan dan Suara yang mana elemen apa saja yang ingin ditayangkan dalam suatu acara tersebut agar layak dan menjadi tayangan yang positif.

Kebanyakan dari acara yang tayang saat ini dibuat tanpa melakukan perencanaan yang benar-benar matang kalau diibaratkan tuh kaya bikin asal aja yang penting ada alat dan perlengkapan serta artis pendukungnya siap, maka acara bisa berjalan. Padahal seharusnya acara yang akan disiarkan harus mempunyai konsep supaya acara tersebut bisa fokus sesuai dengan konsep yang sebelumnya sudah direncanakan baik dari segi gambar maupun suaranya. Kalau tidak ada konsep, terus nilai apa yang akan diangkat dari suatu acara tersebut dong.

Misalnya aja nih, kalau suatu program itu dibuat asal-asalan tanpa konsep? otomatis dalam acara tersebut memberikan efek kurang baik dan itu berpengaruh sekali terhadap masyarakat yang melihatnya kan?? Jelas tayangan yang negatif itu biasanya lebih cepat dicerna oleh banyak kalangan apalagi tayangan televisi itu ternyata bisa memberi pengaruh psikologis yang menontonya loh...

Misalnya lagi nih teman-teman, kalian sering liat kan acara-acara yang ada di televisi baik sinetron, talkshow maupun variety show dan berbagai jenis acara lainnya. Dalam acara tersebut seringkali menayangkan prilaku-prilaku yang tidak layak tayang, seperti halnya bercanda berlebihan dan melecehkan orang lain. Pada akhirnya juga kita pasti sering mendengar berita di televisi bahwa banyak anak di bawah umur yang melakukan tindak kejahatan yang diakibatkan pengaruh tayangan di televisi itu sendiri.


Wahh, ngeri banget ya teman-teman. Ternyata pengaruh tayangan yang terdapat dalam televisi itu mempunyai efek yang sangat besar terhadap masyarakat. Maka dari itu, seharusnya pengelola media televisi memperhatikan bahkan memahami hal yang mendasar dalam membuat sebuah program acara yaitu Format acara televisi dan element of the shots yang telah disepakati oleh timnya dan siap tayang tanpa ada keraguan. Selain itu, kalian sebagai konsumen harus pintar-pintar memilih tayangan televisi yang baik, oke??!!

Pertelevisian Di Jaman Yang Akan Datang


Seorang penulis dari Business Insider, Jim Edward menulis sebuah artikel tentang "Matinya Televisi". Ia mengatakan dalam artikelnya bahwa di masa yang akan datang dunia media akan dikuasai oleh era digital dimana Televisi bukan lagi menjadi media elektronik yang utama melainkan online streaming yang lebih berkuasa. Kemudahan untuk mendapatkan wifi dimana-mana, membuat kebanyakan orang semakin bebas memilih untuk melihat tayangan yang mereka inginkan, maka dari itu para jurnalis harus mempunyai keahlian dalam komunikasi untuk menentukan kualitas dari isi pesan berita yang akan disampaikan kepada khalayak.

Seiring perkembangan zaman, kemajuan teknologi dunia yang semakin modern, membuat manusia tidak bisa lepas dari teknologi yang diciptakan melalui hasil pemikirannya. Kita melihat bahwa teknologi itu sendiri begitu canggih bahkan berubah semakin canggih setiap harinya. Dalam bidang teknologi informasi tentunya, manusia sangat menikmati kemudahan dalam mendapatkan arus komunikasi. Namun, dibalik itu semua teknologi yang diciptakan menyimpan kekuatan untuk menghacurkan manusia itu sendiri sehingga manusia terjebak oleh ciptaannya.

Bicara mengenai teknologi, pastinya tak luput dari media, dimana media dibagi menjadi tiga bagian yaitu media cetak, elektronik dan internet. Dengan adanya media internet (online) saat ini, telah menyebabkan media cetak terutama koran hampir punah, banyak sekali media cetak yang beralih ke media online.  Begitu juga dengan radio yang saat ini memakai media online sebagai sarana streaming, jadi radio tidak hanya didengar oleh telinga namun bisa dilihat. Lalu, bagaimana dengan Televisi? yang saat ini juga hampir punah dengan kehadiran era digital.

Kepunahan televisi dalam waktu 10 tahun ke depan di Amerika Serikat bisa saja terjadi, melihat keadaan negara yang sudah maju dan didukung pula dengan penetrasi medianya juga sudah cukup menjangkau secara cepat dan luas. Lain halnya jika kita berbicara tentang Indonesia, sebagian besar masyarakatnya terbilang masih tergantung pada televisi untuk banyak hal, baik untuk mencari berita, hiburan, atau bahkan menonton film. Di tengah-tengah perkembangan media digital saat ini, sepertinya televisi masih menjadi media utama.

Salah satu Dosen program tv berita, Universitas Budi Luhur, Zakaria, mengomentari tentang matinya pertelevisian tersebut. "Kalau untuk di negara maju bisa terjadi, tapi kalau untuk negara berkembang seperti Indonesia bisa sepuluh tahun lebih lama lagi akan terjadi matinya pertelevisian tersebut karena konsumsi internet di Indonesia masih kurang memadai, hanya kalangan terbatas saja". katanya, saat ditemui usai mengajar.
Wawncara dengan Pak Zakaria
Seperti yang dipaparkan oleh Ikhsan selaku Corporate Secretary PT. Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI), saat sedang mengadakan tanya jawab di Kebon Jeruk. Ia menyampaikan bahwa, "sepuluh tahun sebelum adanya isu tentanng matinya pertelevisian, kami sudah memikirkan hal tersebut. Jika nantinya masyarakat beralih ke online streamingpun kami tidak takut dan tidak ada masalah, sebab tayangan yang ada di online streaming itu pada dasarnya melalui televisi juga bukan? lagipula dalam mengakses live streaming kita membutuhkan jaringan internet 4G, sedangkan di Indonesia untuk jaringan 3G pun masih sulit ditemukan, hanya kalangan-kalangan tertentu saja".

Coorporate Secretary PT. RCTI



Mariko Rizkiansyah, selaku dosen Universitas Budi Luhur mata kuliah TV Programming menjelaskan bahwa Menteri Komunikasi dan Informasi (menkoinfo) telah membuat peraturan bahwa semua tv analog nantinya akan berubah ke tv digital, yang menjadi masalah perubahan tersebut akan membutuhkan biaya banyak pastinya, kemudian di satu sisi kesiapan masyarakatnya bisa menerima atau tidak dari perubahan tersebut. Indonesia pasti akan masuk ke dalam tv digital namun yang belum dipastikan adalah waktunya, kapan?. Tetapi, peraturan tersebut sudah dibuat sejak 2005 namun karena masih adanya kepentingan-kepentingan antara pemilik tv dengan pemerintah, jadi masih dilakukan negosiasi-negosiasi antara kedua belah pihak. Beliau juga mengatakan bahwa tv itu tidak akan mati namun hanya sistemnya saja yang berubah dari analog ke digital.

wawancara dosen, Mariko Rizkiansyah

Memang sudah jelas terlihat pergeseran ke media-media digital seperti internet,mobile, dan lain-lain, tetapi penetrasi semua media itu masih belum maksimal menjangkau masyarakat di Indonesia. televisi di Indonesia masih mendominasi dan masih menjadi pilihan bagi masyarakatnya. Di Indonesia juga, dunia pertelevisian mengalami kebebasan yang sangat besar. Hasil teknologi yang begitu pesat membuat semua masyarakat menikmatinya, maka dari itu Televisi masih menjadi media elektronik utama.


Keunikan Restoran Padang "Mantiang Piriang"


Mau makan makanan khas sumatra barat alias padang di Resoran padang? bukan berarti harus ke padang bukan. Restoran padang bisa ditemui dimana saja terutama di Indonesia bahkan ada juga di luar negeri. Restoran padang tersebar luas dimana-mana, di jabodetabek saja restoran padang telah mencapa 15.000 lebih banyaknya.

Siapa sangka masakan yang berciri khas santan ini disukai banyak orang. Bukan hanya orang bersuku Minang saja yang menyukai masakan padang, namun diluar suku minang banyak sekali yang menyukainya. Rasanya yang gurih dan pedas-pedas nikmat ini, banyak sekali memikat hati sebagian besar masyarakat Indonesia apalagi ditambah dengan bumbu rempah-rempah sehingga terasa semakin lezat.





Harus diakui bahwa keberadaan restoran padang dilandasi dengan adanya tradisi. Dimulai dari resep hingga kebiasaan cara penyajian masakan merupakan rajutan budaya dan tradisi suku minang selama beberapa ratusan tahun yang lalu. Sebagian besar mungkin anda tahu bahwa banyak sekali keunikan yang bisa anda rasakan saat anda sedang makan di restoran padang. Salah satunya adalah cara menyajikan makanan kepada para pembeli yaitu dengan cara membawa sekitar sepuluh atau lebih piring yang berisi lauk makanan dan di tumpuk-tumpuk dalam satu tangan (mantiang piriang).

Mantiang Piriang dilakukan tak lain adalah upaya menarik perhatian pelanggan. Sebagian besar tukang hidang di restoran padang harus mengasah dan mempunyai kemampuan khusus manitiang piriang tersebut agar memikat para pelanggan. "Mantiang piriang tersebut dilakukan memang karena tradisi minang secara turun menurun, selain itu kami juga ingin memberikan pelayan kepada para pengunjung agar benar-benar merasakan suasan suku Minang" kata Kepala Restoran Padang Sederhana Basuki di kawasan Bintaro.



Sekilas tradisi mantiang piriang tersebut menunjukan bahwa penyajian di retoran tersebut tidak praktis. Namun, disitulah rahasia pemikat para pelanggan di restoran padang dan mengapa memang dibutuhkan keahlian khusus. "Banyak sekali pelanggan yang tertarik sampai-sampai pelanggan menanyakan cara membawa piring-piring yang banyak tersebut agar tidak jatuh" ujar Basuki.  


Keahlian dalam menata piring yang bertumpuk ini benar-benar menjadi salah satu keunikan yang mencolok bagi restoran padang dengan restoran yang lainnya. Bayangkan saja, satu orang pelayan menumpukan belasan piring yang berisi makanan khas daerah minang dengan satu tangan, kemudian disajikan ke meja pembeli tanpa bantuan dari orang lain. Memang harus diakui bahwa atraksi tersebut menjadi suatu ketertarikan bagi siapa saja pengunjung yang datang.

Unsur-unsur dalam foto


1. Motivasi dalam foto ini  menandakan sekelompok orang berada disuatu bukit. Foto ini diambil agar bisa mendapatkan moment dan menjadi suatu kepuasan tersendiri bagi kami bisa sampai ke atas bukit dengan pencapaian yang penuh perjuanga

2. Informasi yang didapatkan dalam foto ini adalah sekelompok anak muda yang ingin mendapatkan moment keindahan di atas bukit moko, Bandung. Dilihat dari view pemandangan belakang yang terpapar pada gambar banyak rumah-rumah , pohon-pohon dan bukit-bukit yang berarti foto tersebut diambil dari atas bukit.

3.  Komposisi dalam foto ini terlihat dari cara pengambilan gambar dengan kamera diatas sehingga tampak pemandangan dari atas bukit dan cuaca yang masih diselimtui kabut, menandakan foto tersebut di ambil saat pagi hari

4. Camera angle. Pengambilan gambar high angle dan landscape. Bisa dilihat pada gambar posisi kamera lebih tinggi dari obyek dan pemandangan telrihat lebih luas misalnya terlihat banyak rumah-rumah, bukit-bukit.


5. Continuity. Kelanjutan dalam foto ini adalah menunjukan betapa banyak tempat-tempat indah di Indonesia

Program Hitam Putih

        1.      Program "Hitam Putih" di Trans7
    a.      Tentang Program Hitam Putih
            Hitam putih merupakan program acara talkshow Indonesia yang menggunakan format mind reading. Acara ini tayang setiap hari pada pukul 18.30 WIB (prime time) di trans7 yang dibwakan oleh Deddy Cobuzier. Program ini mengangkat tema berbeda-beda setiap tayangnya seperti halnya kehidupan sosial, realitas, pendidikan, dunia selebritis, profesi dan lainnya. Kemahiran dan ciri khas host (Deddy Cobuzier) dalam membawakan acara seperti mengatur permainan pikiran dan lawakan yang diselipkan disetiap segmen acara ini seringkali mengundang tawa.

b.     Analisis Struktur Program Hitam Putih



            Program talkshow yang cukup sukses merebut hati para penontonnya ini sebenarnya program yang sudah sangat umum/biasa saja dibuat dan ditayangkan di media televisi, namun program ini dikemas dengan konsep yang tidak biasa contohnya seperti ada sulap, permainan, kata-kata mutiara, humor meskipun sedikit, di iringi musik piano oleh anu, dan billy the beatbox yang menambah suasana dalam talkshow tersebut lebih hidup dan tidak membosankan.
            Pembawa acara, Deddy Corbuzier juga cukup baik membawakan acara tersebut berkat keterampilan dan ilmu psikologinya dia tampil atraktif dengan bintang tamunya ditambah dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat bintang tamunya mati gaya dan menjawab sesuai dengan yang Deddy inginkan. Selain itu Deddy juga dapat membuka fakta-fakta bintang tamunya yang belum dibahas di acara lainnya.
            Struktur program ini terdiri dari 4 segmen yang masing masing berdurasi 7-10 menit dan diselingi sekitar 20 iklan yang beragam durasinya dari 8-30 detik, ada juga iklan yang ditayangkan lebih dari satu kali.

Hitam putih tanggal 14 Agustus 2014 :

            Segmen pertama (Gambar 1) dimulai pada pukul 18.30, berisi tentang pembukaan yang ringan dengan anu (pengiring musik) dan billy (beatbox) mengenai tema yang diangkat dan bintang tamu (Maudy Ayunda) pertama yang diundang (Gambar 2). Segmen pertama berdurasi sekitar 10 menit.
Gambar 2

Gambar 1


Segmen kedua (Gambar 3, 4, 5) dibuka dengan memanggil bintang tamu ke dua (Gita Gutawa) lalu Maudy Ayunda bernyanyi setelah itu dilanjutkan lagi perbincangan dengan Gita Gutawa bintang tamu ke dua yang diundang. Lalu, mulai membahas hal yang lebih mendalam lagi kepada ke dua bintang tamu tersebut mengenai pendidikan bintang tamunya dan pendidikan masyarakat lainnya. Ditambah lagi dengan menjawab tebak-tebakan dari host mengenai asal dari rumah adat, pakaian adat, makanan khas daerah yang tertera digambar. Segmen ke dua berdurasi sekitar 20 menit.

Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5

Segmen ke tiga membahas tentang budi pekerti dan mental seorang anak agar terdidik menjadi anak yang berbudi pekerti dengan mental yang cukup baik untuk menghadapi dunianya. Dilanjutkan dengan mengenalkan bintang tamu ke tiga (Sindi Yanti) cosplay hijab dan membicarakan lebih lanjut lagi tentang kreatifitas tersebut (Gambar 6). segmen ke tiga sekitar 10 menit.



   Segmen ke empat/terakhir berisi tentang kesimpulan, penutupan serta kata-kata mutiara. "kreatifitas itu tidak ada bataasnya meskipun kita dalam batasan"

            Struktur program dalam setiap episode biasanya cukup rapi mulai dari pembukaan, isi dan penutupu, namun pada episode kali ini ada segmen yang kurang rapih menurut saya, contohnya pada saat pergantian segmen 1 (satu) ke segmen 2 (dua), saat sang pembawa acara memanggil bintang tamu ke dua (Gita Gutawa) ke potong dengan penampilan Maudy Ayunda bernyanyi dan setelah Maudy bernyanyi tiba-tiba Gita Gutawa sudah duduk ditempat yang telah disediakan, Entah apa maksudnya atau kesalahan secara teknis namun menurut saya struktur pergantian segmen tersebut tidak rapih dan kurang enak dilihat.
           
            Struktur pembukaan ini ditandai dengan teknik signature opening berupa klip bertuliskan Hitam putih dengan gambar host, Deddy Corbuzier. seperti terlihat pada gambar berikut 7.




            Setelah gambar klip pembukaan tersebut dilanjutkan dengan suara piano yang dimainkan oleh anu, dan sedikit drama dilakukan oleh pembawa acara dan Billy the beatbox sesuai dengan pakaiannya seperti "si buta dari goa hantu" Billy memainkan peran buta dan direspon oleh sang pembawa acara.

            Kepaduan (unity) dalam program acara Hitam Putih ini ditandai dengan kesesuaian dalam pemilihan pembawa acara yakni Deddy Corbuzier sang mentalist, tema dan narasumber yang sesuai seperti tema pada episode kali ini dalam rangka HUT RI dan kreatifitas serta pendidikan, jadi narasumber yang diundang adalah public figure yang cukup berwawasan dan berprestasi dalam dunia pendidikan dan kreatifitas cosplay hijab. Commercial break ditandai oleh pengumuman yang dibawakan oleh pembawa acara.

            Keragaman (Variety) yang ditunjukan dalam acara ini adalah pakaian pembawa acara yang sesuai dengan karakternya dan nama acar tersebut hitam putih ditambah dengan iringan musik yang mengikuti alur cerita maupun suasana juga tata panggung yang minimalis dan elegant.
            Good paching terlihat pada setiap kata-kata bijak yang dikatakan oleh Deddy sebagai seorang mentalist sekaligus pembawa acara juga tentang Hitam dan Putihnya kehidupan orang-orang disekitar kita. Seringkali diselipkan sedikit komedi meskipun tidak banyak.
            Klimaks dalam acara ini biasanya dihadirikan dengan bintang tamu yang luar biasa contohnya pada episode ini menghadirkan Maudy Ayunda yang kuliah di Oxford University dan mendapat penghargaan Youtnesian, Gita Gutawa yang menyelesaikan kuliahnya di Inggris dengan nilai yang memuaskan dan mendapatkan beasiswa S2 di Inggris juga, dan kekreatifan Sindi Yanti selaku cosplayer hijab dimana ia membuat cosplay anime dengan hijab serta pertanyaan-pertanyaan atau permintaan pembawa acara kepada bintang tamu untuk melakukan permainan yang sesuai dengan skenarionya.
            Terakhir, acara ditutup dengan kesimpulan-kesimpulan dari setiap bintang tamu dan kata mutiara.

c.       Penutup

            Acara talkshow Hitam Putih ini terdiri atas 4 segmen yang diawali dengan signature opening. Acara ini menghibur, unik dan menarik. Bahkan memberikan motivasi lewat narasumber yang dihadirkan ditambah dengan kata-kata mutiara yang selalu ditampilkan di akhir acara. Namun kita harus tetap menyaring kembali dampak positif dan negatif dari acara tersebut.